Koma, belum titik. Dalam jejeran huruf membentuk kata, dan kata membentuk kalimat, tanda koma menandakan rentetan kalimat itu masihlah panjang berderet-deret. Belum berhenti.
Dengan koma, tentulah tidak berhenti. Dan kalau ada semangat berkarya tanpa henti salah satunya pastilah Teater Koma. Di tengah gemerlapnya film bioskop dan semaraknya sinetron televisi, teater ini terus bersetia mementaskan lakon. Aku beruntung bisa melihat lakonnya yang ke-112, Kenapa Leonardo? di TIM. Sebuah lakon satir yang mempermainkan logika waras dan ketakwarasan.
Adalah Pak Martin (Budi Ros), penderita amnesia akut namun memiliki kemampuan menyerap informasi apapun diajarkan padanya. Ia adalah salah satu pasien yang dirawat di Rumah Sakit Syaraf Kota. Di tangan Dokter Dasilva (Cornelia Agatha) yang ambisius, Pak Martin pun memiliki kemampuan super: menguasai 37 bahasa dunia dan 29 repertoar musik. Pak Martin dicetak paksa untuk menjadi manusia super, si Leonardo da Vinci kedua.
Tapi, betapa manusia tidaklah bisa disebut manusia bila tidak punya rasa. Pak Martin tak kenal apa itu panas, marah, atau cinta. Kemampuan otakknya membesar, namun hatinya mengerut. Eksperimen Dokter Dasilva ditentang oleh Dokter Hopman (N Riantiarno). Debat dua dokter ini pun bertebaran di sepanjang lakon berjalin kelindan dengan pembicaraan para pasien Lembaga Syaraf. Tidak jelas lagi, siapa yang waras di sini. Semua sama aneh dan mustahilnya.
Ehm, aku bukannya mau sok-sokan mengulas lakon teater. Tapi, sungguh. Lakon itu menggelitik rasaku, di tengah rutinitas yang serba tergesa, rasaku masih hidup. Di tengah budaya instan, menonton lakon semacam ini bisa memperkaya rasaku sebagai manusia dengan cara yang juga instan. Aku menikmati lakon itu, meski aku sempat terkantuk-kantuk di ujung pentas. Maklum, panjangnya 4 jam! Pentas teater terlama yang pernah kutonton (hmm.. jangan bandingin dengan pentas wayang semalam suntuk lho yaaa) . Pesan lakonnya sangat jelas bagiku: Rasa manusia tidak dapat dipertukarkan dengan apapun juga. Titik!
rasa memang segalanya!
Rasah Mbayar!
Hllooooohhhh….padahal aku juga nonton teater kuwi lho, Ndah. Neng TIM juga. Walah…ncene ora jodho dhewe ki, dadi ora ketemu deh…